SERBA-SERBI SEKOLAH DASAR DI NORWEGIA

Sekolah di Norwegia, Indonesiaviralnews (Ilustrasi)
Beda yak Sekolah diNorwegia dengan di Indonesia

1. Semua pendidikan dasar di Norwegia pada dasarnya gratis alias nggak dipungut biaya sepeserpun. Nggak ada uang SPP, uang bangunan, uang LKS, outbound, dan sebagainya.

2. Usia masuk SD di Norwegia adalah 6 tahun (berlaku untuk anak yang lahir di bulan Januari - Desember di tahun ajaran baru). Jenjang SD adalah sampai kelas 7. Jadi anak lulus SD pada umur 13 tahun.

3. Di Norwegia 98% sekolah publik milik pemerintah (sisanya swasta lokal atau sekolah internasional). Ketika anak akan memasuki usia SD, pemerintah daerah otomatis mendaftarkan calon murid ke sekolah terdekat dengan tempat tinggalnya.
Jadi bukan orangtua yang pusing berburu sekolah bagus, karena semua sekolah bagus dan standarnya sama.

Menjelang tahun ajaran baru, para orangtua / wali akan dapat surat undangan dari sekolah yang bersangkutan mengenai program orientasi / perkenalan (biasanya bulan April / Mei. Orangtua dan anaknya datang ke sekolah, diperkenalkan pada calon guru, calon ruang kelas, dan biasanya guru akan mendongeng di kelas).
Tahun ajaran baru di Norwegia adalah bulan Agustus.

4. Tidak ada tes masuk SD. Semua anak dianggap sama kemampuan awalnya. Sama-sama nggak bisa baca dan nggak bisa berhitung (meski kenyataanya ada juga anak-anak yang sudah bisa membaca dan berhitung sejak TK. Tapi biasanya ini diajarkan di rumah. TK di Norwegia sama sekali tidak mengajarkan calistung).
Tugas gurulah mengenalkan anak pada huruf, angka, bahkan bagaimana cara memegang pensil yang betul.

5. Fokus utama pada tahun-tahun pertama pendidikan SD adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Jadi di kelas 1-2 pelajarannya hanya bahasa Norwegia, Matematika, olah raga, dan prakarya.
Di tahun-tahun selanjutnya fokus tetap pada kemampuan membaca dan berhitung, dengan tambahan pelajaran lain seperti bahasa Inggris, ilmu alam, agama, geografi, sejarah, seni, memasak, sampai bertukang.

6. Meski ada ulangan / ujian, SD di Norwegia tidak mengenal sistem nilai dan peringkat. Kemampuan siswa dinilai dari prosentase (poin) dari keseluruhan soal. Tidak ada juara kelas. Tidak ada buku rapor.
Setahun sekali (menjelang libur musim panas), diadakan ujian serentak nasional. Namanya Ujian Pemetaan (Kartleggingsprøver). Uniknya tidak ada jadwal yang seragam, hanya ada rentang waktu pelaksanaan ujian (misal: antara minggu ke-17 sampai 19). Tiap sekolah dipersilakan membuat soal sendiri. Ujian ini pun diadakan di sela-sela waktu belajar biasa. Jadi tidak ada semacam minggu UAS begitu. Kalau orangtua tidak perhatian pada jadwal, bisa bablas mengingatkan anak soal ujian ini.
Hasil ujian adalah lembaran berupa grafik yang menunjukkan anak kita ada di mana di antara teman-teman sekelas dan seangkatan di sekolah itu.
Tujuan Ujian Pemetaan ini memang sebetulnya bukan untuk mencari tahu sepintar apa si anak, tapi sebaik apa kualitas sekolah dalam mentransfer ilmu.

7. Norwegia tidak mengenal les pelajaran / bimbel. Tapi tiap sekolah menawarkan sesi khusus untuk mendampingi siswa mengerjakan PR, yang diadakan di sekolah setelah jam sekolah. Pendampingnya adalah para asisten guru. Sesi ini gratis, dan ditawarkan untuk yang mau saja.

8. Meski secara umum gratis, ada juga yang perlu bayar untuk urusan sekolah. Ada yang namanya SFO (Skole Fritidsordning), semacam penitipan anak sebelum atau setelah jam sekolah hingga pukul 16:30. Penawaran ini hanya untuk siswa kelas 1-4 saja.
Satu lagi yang berbayar di sekolah: susu kotak (5 hari seminggu). Tapi ini tidak wajib. Dibayar setahun sekali, dan sangat murah.

9. Hampir tiap bulan selalu ada jadwal libur ekstra, yang disebut Planleggingsdag (Planning Day). Biasanya untuk rapat guru atau berbagai training untuk pihak sekolah.

10. Sekolah Norwegia tidak menganut sistem seragam sekolah. Tidak ada kantin. Tidak ada penjual makanan. Anak-anak harus membawa makanan sendiri dari rumah.

11. Jam sekolah secara umum adalah mulai jam 08:25 sampai jam 12:15, 13:00, atau 14:00.

12. Jarak rumah dan sekolah bisa dibilang sangat dekat. Tujuannya adalah agar anak tidak lelah di jalan. Sekolah juga selalu menggalakkan murid untuk jalan kaki atau naik sepeda ke sekolah.
Untuk urusan naik sepeda, secara resmi diperbolehkan ketika anak masuk kelas 5. Jadi menjelang kenaikan kelas 5, diadakan tes mengemudi sepeda. Sesi ini dihadiri oleh guru dan pihak kepolisian. Ujiannya mencakup keselamatan bersepeda, kelengkapan sepeda, sampai berbagai ujian rintangan seperti halnya ujian mengemudi mobil. Di akhir sesi setiap anak akan diberi sertifikat (semacam SIM mobil).

13. Sekolah di Norwegia sangat serius menanggapi masalah perisakan (bullying). Tiap tahun ajaran baru selalu ada kampanye antiperisakan secara nasional, melalui lagu, pelajaran sekolah, brosur, sampai seminar untuk para orangtua.

14. Sekolah di Norwegia adalah sekolah inklusi. Anak-anak normal dan anak berkebutuhan khusus (ABK) ditempatkan di kelas yang sama. Jadi sudah biasa kami melihat anak tuna netra, tuna rungu, Down Syndrome, atau lumpuh hingga harus berkursi roda belajar dan bermain bersama tanpa dibedakan. Hanya ada pendamping khusus yang mengikuti ABK ini, demi keselamatan mereka. Pendamping ini disediakan gratis oleh Pemda.

15. Selain sekolah umum, di Norwegia juga ada homeschooling. Menurut UU Pendidikan, adalah tugas dan tanggung jawab orangtua untuk mendidik anak. Tanggung jawab itu bisa berupa mengirimkan anak ke sekolah, atau mereka didik sendiri di rumah. Metode homeschooling di Norwegia diserahkan sepenuhnya kepada kemampuan orangtua. Tapi ada organisasi nirlaba yang mewadahi komunitas homeschoolers ini.

16. Karena fokusnya adalah pada kualitas sekolah dan kebahagiaan anak didik, maka semua siswa naik kelas. Semua lulus. Tidak ada yang tertinggal dari teman-teman sebayanya.


17. Kurikulum SD di Norwegia selalu memasukkan pelajaran tentang pendidikan psikologi anak. Misal melalui role play, penayangan video, sampai berbagai bacaan. Semua sekolah wajib memastikan setiap siswa datang dan belajar di sekolah dengan perasaan bahagia, tanpa ada tekanan untuk mencapai prestasi akademik gilang-gemilang.

Karena itu, meski UU membolehkan akselerasi, ini bukan pilihan populer.
Semua anak diutamakan untuk belajar dengan materi yang sama sesuai usianya.
Untuk anak-anak yang kurang secara akademik, akan dibimbing ekstra oleh guru dan para asisten. Sementara untuk anak-anak yang tergolong di atas rata-rata, akan mendapatkan tugas / PR tambahan. Itupun atas permintaan dan persetujuan antara guru, murid, dan orangtua.

Komunikasi dan kerja sama yang baik antara ketiga pihak itu selalu jadi prioritas utama. Karena kebahagiaan anak ketika menuntut ilmu adalah juga prioritas utama.

Sekian dulu. Semoga bermanfaat.

#Ammia J. Pramayasti. S.Sos. IGI Madiun
#kota Alesund Norwegia.